PTBA Kaji Proyek DME, China Jadi Investor Utama Tanjung Enim

Senin, 27 Oktober 2025 | 13:06:26 WIB
PTBA Kaji Proyek DME, China Jadi Investor Utama Tanjung Enim

JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menegaskan bahwa proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) masih dalam tahap penjajakan dengan calon investor, termasuk dari China, dan belum ada keputusan final terkait pendanaan maupun keekonomian.

Proyek ini, yang digadang-gadang bisa memanfaatkan batu bara kalori rendah untuk menggantikan impor LPG, masih menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah dan mitra investasi.

Corporate Communication & Government Relations Department Head PTBA, Dinna Permana Setyani, menjelaskan bahwa proses penjajakan proyek DME telah berjalan sejak 2020, namun finalisasi investasi belum tercapai. “Untuk proyek DME, saat ini kami masih dalam tahap penjajakan dengan investor. Groundbreaking sebenarnya sudah dilakukan sebelumnya, namun proyeknya masih menunggu arahan lebih lanjut,” ujar Dinna.

Ia menambahkan, PTBA juga masih melakukan perhitungan ulang nilai proyek dan menilai calon investor yang paling tepat. “Masih dalam proses menghitung kembali nilai proyek dan mencari investor yang sesuai. Semua masih dalam tahap kajian,” tambahnya.

Kajian Keekonomian Masih Berlanjut

Dinna menegaskan bahwa aspek keekonomian proyek DME belum bisa dipastikan karena masih dalam kajian teknis dan finansial. “Secara keekonomian belum tergambar sepenuhnya. Kajian masih berjalan, jadi kami belum bisa menyampaikan angka pasti,” kata Dinna.

Proyek ini direncanakan tetap berlokasi di kawasan Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebagai bagian dari strategi hilirisasi batu bara PTBA. “Rencananya memang masih di kawasan Tanjung Enim, tapi semua masih dalam kajian. Intinya, apa pun penugasan pemerintah, PTBA akan mendukung penuh,” jelasnya.

Dengan demikian, meski groundbreaking telah dilakukan, keputusan lanjutan proyek masih bergantung pada hasil kajian keekonomian dan kepastian pendanaan dari calon investor.

China Menjadi Kandidat Investor Terkuat

Sejauh ini, Dinna menyebut China sebagai pihak yang paling aktif menunjukkan minat untuk menjadi mitra investasi proyek DME PTBA. “Kerja sama yang paling aktif sejauh ini datang dari pihak China, sementara opsi lainnya masih dikaji,” ujarnya.

Proyek DME sendiri memiliki estimasi kebutuhan investasi sekitar US$2,5 miliar atau setara Rp41,45 triliun, dengan potensi pemanfaatan batu bara hingga 6 juta ton per tahun. Jika terealisasi, proyek ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor liquefied petroleum gas (LPG) nasional melalui pemanfaatan sumber daya lokal.

Sebelumnya, investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemicals Inc. (APCI), sempat terlibat namun mundur pada 2023, sehingga proyek DME sempat mengalami stagnasi. Setelah itu, pemerintah menugaskan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk melanjutkan proyek bersama PTBA dan mitra baru.

Tantangan dan Peluang Proyek DME

Meskipun memiliki potensi besar, proyek DME PTBA menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kepastian pendanaan, evaluasi keekonomian, dan pemilihan investor yang tepat. Dinna menekankan bahwa PTBA bersama Danantara masih menunggu finalisasi investasi dan hasil kajian keekonomian sebelum menentukan langkah selanjutnya.

Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME diharapkan menjadi salah satu upaya strategis pemerintah untuk meningkatkan hilirisasi sumber daya energi nasional sekaligus menggantikan impor LPG. Jika berhasil, proyek ini dapat menjadi model kerja sama investasi internasional, memanfaatkan teknologi hilirisasi, dan meningkatkan nilai tambah batu bara domestik.

Dinna menegaskan bahwa PTBA akan terus mendukung arahan pemerintah dan melakukan kajian mendalam untuk memastikan kelangsungan proyek DME. “Kami fokus pada mencari investor yang tepat dan memastikan proyek dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan berdampak positif bagi nasionalisasi energi,” tutupnya.

Terkini